Senin, 06 Desember 2010

Pidato Iedul Adha 1431

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
-
اللهُ أَكْبَرُ 9×
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إلَهَ اِلاَّ اللهُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ يَوْمَ الْغَدِ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ مِنْ غَيْرِ اْلأُمَمِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى تَمَامِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِناَ الْمُصْطَفَى، الَّذِى بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأَدَّى اْلأَمَانَةَ، وَنَصَحَ الأُمَّةَ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
أَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ !

Alhamdulillah, kembali Allah SWT mempertemukan kita di tempat ini dalam rangka menta’zhimkan syi’ar agama-Nya, bertakbir mengagungkan asma-Nya, ruku’ sujud bertaqarrub serta bersyukur atas segala karunia-Nya. Kemudian esok, kita akan bersama-sama melaksanakan shalat sunnat 2 rakaat dan akan dilanjutkan dengan menyembelih hewan Qurban, sebagai manifestasi ketaatan terhadap perintah-Nya, meneladani sunnah Rasul-Nya serta memperingati peristiwa pengorbanan Khalilullah Nabi Ibrahim dan Ismail ’alaihimassalam.
Santriwan-santriwati yang berbahagia...
Pada hakekatnya, ada hubungan yang kuat antara pelaksanaan shalat ‘Idul Adha, penyembelihan Qurban, dengan eksistensi kita bahkan masa depan kita sebagai umat beriman. Hubungan tersebut tersirat dalam Al-Qur’an surat al-Kautsar :
            
Surat Al Kautsar sungguh memberi kabar gembira kepada umat akhir zaman bahwa betapa Allah SWT yang Maha Rahman telah memuliakan junjungan alam Muhammad saw. dengan berbagai karunia berupa “al kautsar”, yaitu: al-Khairu-l-Katsir (kebaikan yang banyak), al Islam, al-Quran, Katsratu-l-Ummah, al-Itsar, dan ”Rif’atu-dz-Dzikri” di dunia ini kemudian telaga al Kautsar di akhirat kelak. Itu semua, sudah Allah karuniakan kepada nabi kita Muhammad saw. Sedang bagi kita selaku ummat beliau, semua itu merupakan ”busyra” atau kabar gembira; bahwa jika kita memenuhi syarat untuk mencapainya, maka semua karunia itu pun akan disediakan bagi kita. Syaratnya hanya ada dua, yaitu ; menunaikan shalat karena ”Tha’atan wa Taqarruban” (ta’at dan mendekatkan diri), dan menyembelih binatang Nahr/Qurban karena ”Syukran” (bersyukur) atas nikmat Allah yang tak terhitung satuan maupun jumlahnya. Dengan memperbanyak shalat yang juga bermakna do’a dan banyak berkorban (Tadlhiyah), nikmat dan karunia dari Allah tidak akan pernah berkurang bagi yang melaksanakannya. Justru dengan jalan itu, karunia Allah akan terus bertambah sepanjang jalan shalat dan pengorbanan itu masih terlaksana. Jalan itu merupakan jalan yang memastikan masa depan dan yang menjanjikan kebaikan, kemajuan dan kebahagiaan, sekarang dan untuk saat yang berkepanjangan kelak.
Allahu Akbar 3X La Ilaha Illallahu Allahu Akbar Walillahilhamd.
Tetapi sebaliknya, apabila jalan shalat dan pengorbanan itu tidak ditempuh, karena memperturutkan kemalasan dan kebakhilan, maka Allah tegaskan :
   
Artinya, disebabkan keengganan mengikuti sunnah Rasulullah saw berupa penunaian shalat dan kurban, maka ”Al-Abtaru” atau keterputusan dari rahmat Allah SWT telah menjadi ketetapan. Suatu gambaran masa depan yang suram, sebab tanpa rahmat Allah maka kegelapan lahir batin telah menanti. Kegelapan individual kemudian kegelapan sosial menjadi tak dapat dihindari. Na’udzubillahi min dzalik..
Santiwan-santriwati rahimakumullah...
Tadi disebutkan bahwa di antara makna ”al kautsar/karunia yang banyak” itu adalah ”Rif’atu-dz-Dzikri” atau kedudukan yang tinggi dan sanjungan yang luhur. Itu merupakan resultante/hasil akhir yang memang wajar dan logis. Betapa tidak, sebab posisi kesyukuran dan pengorbanan itu berada pada anak tangga yang luhur. Mengapa? Karena berkorban untuk kebaikan sesama atau orang banyak itu harus berdasarkan keikhlasan dan kerelaan yang bukan setengah hati. Berkorban juga merupakan bentuk keihsanan yang merupakan kelanjutan dari taqwa ”TSUMMATTAQAU WA AHSANU” kemudian mereka bertaqwa dan berbuat ihsan. ”WALLAHU YUHIBBUL MUHSININ”; Maka hanya cinta Allah yang akan diberikan kepada mereka yang berkorban dan berbuat ihsan. Sebagaimana telah ditegaskan Allah dalam surat Al Maidah ayat 93 :
           • •    • •  • •     
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Allahu Akbar 3 X walillahilhamd
Santriwan-santriwati yang dimuliakan Allah
Binatang kurban yang disebut Udlhiyah atau Nahr adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ‘ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ‘ibadah material yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah merupakan ‘ibadah keadaban yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas. Tidak ada ruginya orang yang berudlhiyah dan bertadlhiyah, karena sesungguhnya termasuk dalam kerangka MULTI QURBAN/pendekatan diri dan MULTI INVESTASI.
Di sini akan kami sampaikan beberapa makna berkorban :
Pertama, Bertadlhiah merupakan multi pendekatan diri/qurban, sebagaimana dinyatakan dalam ikrar seorang muslim yang bertaqarrub kepada Rabbnya melalui shalat :
إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Kita diperintahkan untuk bertaqarrub kepada Maha Pencipta dengan shalat serta ‘Ubudiah yang lain, dan bertaqarrub kepada Allah dalam segala aktivitas hidup ini.
Kedua, bertadlhiyah bermakna multi investasi. Di antaranya adalah :
1. Merupakan investasi sosial (social investment)
Karena jelas, pengorbanan baik material maupun moral memberikan dampak sosial yang positif. Yang mampu dapat membantu yang kekurangan dan orang-orang yang sedang tertimpa musibah seperti saudara-saudara kita yang menjadi korban meletusnya gunung Merapi di Jogja ataupun mereka, korban bencana alam yang akhir-akhir ini kerap terjadi di tanah air tercinta ini. Dengan demikian, hubungan dan tatanan sosial dalam masyarakat kita akan semakian baik. Kita tidak boleh ragu apalagi khawatir untuk menjadi orang yang rela dan ikhlas berkorban demi kemaslahatan ummat, karena balasan yang sangat besar dari Allah sudah dijanjikan dalam Al-Quran Surat An-nisa ayat 114 disebutkan :
               ••          •  
“Bahwa tidak ada kebaikan dalam pembicaraan atau wacana yang diadakan, kecuali untuk mengajak orang bersedekah, memerintahkan yang ma’ruf, atau untuk mendamaikan sengketa di antara masyarakat. Dan barangsiapa melakukan itu karena ridha Allah niscaya berbalas pahala yang besar”.
2. Bertadlhiah merupakan investasi ekonomi (economic investment).
Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran Surat al-Lail, ayat 5-10:
•   •        •          
“Barangsiapa memberi dan bertaqwa serta membenarkan balasan yang sebaik-baiknya, maka niscaya Kami beri kemudahan demi kemudahan. Dan barangsiapa yang kikir dan merasa tidak memerlukan orang lain serta mendustakan pahala yang lebih baik, maka niscaya Kami bukakan baginya pintu kesulitan”.
Jelas sekali ayat tadi menerangkan bahwa, orang yang banyak berkorban, maka ia akan mendapat pertolongan dan kemudahan dari Allah, baik itu dalam hal rizki ataupun yang lainnya. Maka tepat sekali dikatakan bahwa, berkorban adalah tabungan dan perbekalan ekonomi. Namun sebaliknya, kalau kita enggan untuk berkorban, maka Allah tidak akan segan-segan memposisikan kita dalam kesulitan. Naudzubillah....
3. Bertadlhiah juga merupakan bentuk investasi moral (moral investment)
Investasi yang mampu mengikis kekikiran atau ”Asy-Syuhhu”. Sifat kikir sangat berbahaya, sebagaimana diperingatkan dalam sabda Rasulullah saw:
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوْا (رواه أبوداود)
Artinya: ”Hati-hati dengan sifat kikir. Sebab sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian diakibatkan kekikiran, sifat kikir telah mendorong mereka untuk berlaku pelit, lalu mendorong mereka untuk memutus silaturahim dan akhirnya telah mendorong mereka melakukan kejahatan”.
4. Terakhir, pengorbanan di jalan Allah tentu saja sebagai investasi ukhrawi. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits bahwa :
رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ، ضَحُّوْا وَاحْتَسِبُوْا بِدَمِهَا فَإِنَّ الدَّمَ وَإِنْ وَقَعَ فِي اْلأَرْضِ فَإِنَّهُ يَقَعُ فِي حَرَزِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Dari Ali ra. Nabi Saw. bersabda, “Wahai manusia, berkorbanlah kamu sekalian dan harapkan dari kurbanmu itu dengan darahnya, yakni dari apa yang dibailk darahnya. Karena darah kurban itu sekalipun jatuh ke tanah, sebenarnya ia tidak jatuh ke tanah tapi jatuh di pangkuan Allah.”
Kalau darah tersebut jatuh ke pangkuan Allah, maka Allah akan berikan apa yang menjadi keinginanmu, Allah akan memberikan balasan kepadamu.
Demikian agungnya makna serta pahala udlhiyah maupun tadlhiyah sebagai wujud pengorbanan untuk memajukan hidup sekaligus mendekatkan diri kepada Allah. Menumbuh kembangkan spirit pengorbanan merupakan bagian mendasar dalam rangka pembentukan karakter masyarakat dan bangsa yang beradab.
Allahu Akbar 3 X walillahilhamd
Santriwan-santriwati yang berbahagia
Sebelum kami mengakhiri ceramah ini, sejenak mari kita mengevaluasi diri kita. Apakah kita sudah termasuk orang-orang yang siap berkurban dengan keikhlasan yang sempurna? Ataukah sebaliknya? Benarkah kita sudah mempunyai investasi-investasi tersebut di atas?
Ayyuhal Ikhwah Wal Akhawat . . . . .
Betapapun, kita telah banyak berbuat salah pada diri kita, kepada masyarakat serta ma’siat kepada Allah, maka marilah kita kembali kepada Allah SWT yang menyeru kita dalam al-Quran Surat Azzumar, ayat 53 s/d 55:
            •    •                     •                

“Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya, sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, sebelum datang adazab kepadamu dengan tiba-tiba sedang kamu tidak menyadarinya”.
Mari kita sadari betapa Allah telah memberi kita karuniaNya yang banyak. Maka sebagai makhluk yang tahu berterima kasih, marilah kita mendekat kepada-Nya. Jangan pernah kita tinggalkan shalat, perbanyak dan perbaikilah shalat sunat dan mensyukuri nikmat. Mari belajar berempati kepada sesama dengan bentuk tadlhiyah (pengorbanan), moral ataupun material. Mari syi’arkan ’idul Qurban ini dengan menyaksikan, membantu atau juga menyembelih seekor hewan qurban, demi memenuhi seruan Allah, meneladani Rasulullah, memperingati pengorbanan kekasih Allah Nabi Ibrahim & Ismail ’alaihimassalam, dan untuk belajar berempati terhadap saudara-saudara kita yang kurang mampu.
Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat Ruhul Badzli wal Tadlhiyah wal Mujahadah/spirit berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar, bergengsi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran serta gengsi ummat ini dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan mujahadah pada diri, keluarga kita dan saudara sesama Muslim lainnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam kata-kata maupun perbuatan, ribuan maaf kami harapkan dan akhirnya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar