Senin, 06 Desember 2010

Re-install Makna Pergantian Tahun Baru Hijriyah

Assalamualaikum Wr.Wb
الحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ سُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّآتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.(أَمَّابَعْدُ)
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada kita sekalian. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat serta segenap pengikut beliau hingga akhir zaman.
Santriwan santriwati rahimakumullah
Mari kita mempelajari kembali mengapa disebut tahun hijriyah? Kenapa bukan tahun “Muhammad” sebagai profokator hijrah atau tahun “umar” karena dia yang legitimasi penenggalan Islam dan Kenapa bukan tahun ali karena dia yang mengusulkan dicanangkannya tahun baru islam ?Jawabannya adalah Hal ini Yang membanggakan, sistem penanggalan Islam tersebut tidak mengambil nama "Tahun Muhammad" atau "Tahun Umar". Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak sebagaimana halnya penanggalan umat Kristiani yang menamakan kalendernya sebagai "Tahun Masehi" yang diambil dari gelar Nabi Isa, yakni Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani/Hebrew).
Santriwan santriwati yang berbahagia
Dengan pergantian waktu setahun, menunjukkan bahwa umur kita bertambah satu tahun, tetapi kesempatan hidup kita di dunia telah berkurang pula satu tahun, yang berarti semakin jauh kita dari kelahiran dan semakin dekat pula kepada kematian. Hasan al-Basri mengumpamakan manusia bagaikan kumpulan hari-hari, setiap hari yang pergi, kita seperti kehilangan bagian dari diri kita. Apa yang telah pergi tidak akan pernah kembali, sekali lagi mari kita renungkan tidak akan pernah kembali hari hari kita yang telah pergi.
Tahun baru hijriyah mengingatkan kita kepada kejadian spektakuler yang pernah terjadi dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa "hijrah". Hijrah secara harfiah artinya perpindahan dari satu negeri ke negeri lain, dari satu kawasan ke kawasan lain, atau perubahan lokasi dari titik tertentu ke titik yang lain.
Secara historis, hijrah adalah peristiwa keberangkatan nabi besar Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya dari kota Makkah menuju kota Yathrib, yang kemudian disebut al-Madinah al-Munawwarah.
Ditetapkannya peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah sebagai awal tahun dari penanggalan atau kalender Islam, mengandung beberapa hikmah yang sangat berharga bagi kaum muslimin, diantaranya:
Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Makkah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik, dari itu janganlah pernah puas dengan baik yang telah kita perbuat.
Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta benda.
Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w. pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan kaum anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya.
Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu bukan selalu harus identik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan kaum muhajirin, tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan pernah berhenti.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullah dan berkata: wahai Rasulullah, saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah berakhir, Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit dari sebelah barat”.
Untuk itu, mari kita jadikan makna hijrah dengan semangat menyambut masa yang akan datang dengan penuh harapan, kita yakin bahwa sehabis gelap akan terbit terang, setelah kesusahan akan datang kemudahan dan kita yakin bahwa pagi pasti akan datang walaupun malam terasa begitu lama dan panjang. Karena roda kehidupan selalu berputar dan tidak mungkin berhenti, hidup kan terus berputar walau penuh tangisan.
Imam Syafi’i pernah bekata:”Memang sebeanrnya zaman itu sugguh menakjubkan, sekali waktu engkau akan mengalami keterpurukan, tetapi pada saat yang lain engkau memperoleh kejayaan”. Akan tetapi kita tidak akan pernah memperoleh kejayaan selama kita tidak pernah berupaya meraihnya, dalam arti lain kita tidak akan pernah sukses kalau kita tidak mau belajar dan berlatih, kita tidak akan hidup senang kalau kita tidak bekerja. Saudara-saudaraku bekerjalah dan bersabarlah kemudian ketahuilah bahwasannya kalau kita bersabar terhadap kesulitan dan kesempitan, maka kita akan menikmati kenikmatan yang panjang dan abadi seperti kata toriq dalam khutbahnya wa’lamu annakum in syabartum alal assaqi qolilan istamta’tum bil arfahil adillati towilan.
Santriwan santriwati yang berbahagia
Hijrah dalam konteks kekinian sepertinya hijrah dari keberagamaan kita yang kultural menuju keberagamaan kita yang hakiki dan kaffah, memang kita harus mengakui bahwa kita berislam karena kelurga kita muslim, kita muslim karena kita dilahirkan dan hidup di tengah-tengah masyarakat muslim, kemudian muncul sebuah statemen berislamkah kita ketika kelurga kita kafir? Muslimkah kita ketika kita dilahirkan dan hidup ditengah-tengah orang-orang kafir? Tentu jawannya variatif dan kontra produktif. “kita harus menyadari dan mempertanyakan keberislaman kita, karena Diakui atau tidak dan disadari atau tidak disadari, kita sudah terlalu rela dengan pola hidup kita yang kafiri, dengan sikap kita yang sebenarnya menunjukkan bahwa keberislaman kita perlu dipertanyakan? Kita sudah sombong dengan keberagamaan kita sehingga kita mengklim diri kita yang terhebat. kita tidak pernah berfikir ataupun merenung bahwa orang-orang yang kita sebut-sebut sebagai orang-orang kafir ternyata mereka lebih islami dari pada kita sebagai orang-orang muslim sendiri. Kita tidak pernah merasa berat dan pilu ketika mereka berupaya menghancurkan agama kita dengan gaya-gaya mereka. kita tidak pernah merasa sedih dan menjerit ketika saudara-saudara kita terbunuh di bumi plestina. Kita tidak pernah brontak ketika promosi dan legalisasi hubungan seks sesama jenis di tayangkan oleh stasiun televisi di negara ini yang notabennya beragama islam, bahkan ada sebagian akademisi muslim yang sepakat dengan itu!,saudaraku kita tidak akan pernah menangis melihat saudara-saudara kita yang menjadi korban kekejaman yahudi. Bahkan kita tidak akan pernah merasa terinjak-injak oleh aliran-aliran masa kini yang berobsesi dan berupaya memalsukan alquran dan hadits.
saudara-saudara kita tidak akan pernah merasa selama kita tidak mau membaca dan berfikir kemudian bergerak dan merubah pola dan sikap, kita tidak akan pernah merasa dan selamanya tidak akan pernah merasa selama kita masih senang kepada pola hidup hedonis yang menjadi racun dalam jiwa kita.
Santriwan santriwati yang saya hormati
Sikap kita yang lain yang menunjukkan bahwa kita tidak islami adalah sikap kita terhadap waktu, selama ini kita rela membuang-buang waktu kosong kita tidak pernah merasa kehilangan waktu yang terbuang begitu saja seakan-akan kita abaikan firman Allah yang berulang-ulang kali disebutkan di dalam Al-quran surat al-asr والعصر demi masa kemudian Allah menyebutkannya dalam surat al-insyirah ayat 7 فاذافرغت فانصب dan di dalam surat al-hasr ayat 18والتنظر نفس ماقدمت لغد dan masih banyak ayat-ayat lain yang menjelaskan dan mengajarkan kita untuk memperhatikan waktu, sayidina Ali RA mengatakan Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti kita telah merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, maka kita termasuk orang yang celaka. Tetapi barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, itulah orang yang beruntung.
Saudaraku yang saya hormati mari kita melihat orang-orang yang maju dan berpengaruh kepada orang lain mereka adalah tokoh-tokoh kita yang fulcare terhadap waktu. dan kita lihat negara-negara maju seperti amerika jepang cina dan negara maju lainnya yang mayoritas masyarakatnya didominasi oleh orang-orang nonmuslim dan kita bisa melihat negara berkembang seperti negara mesir yang merupan negara tertua dan negara kita sendiri yang penduduknya muslim. Nampaknya kita harus mengakui bahwa maju dan berkembangnya negara tergantung kepada sikap mereka terhadap waktu.kemudian siapakah yang paling menghargai waktu di dunia ini kita atau mereka ?
Saudara-saudara marilah kita menyadari dan bertanya kepada diri kita sendiri kemudian kita membuat sebuah pernyataan sementara bahwa kita sudah berbohong kepada tuhan dengan keberislaman kita yang sebatas janji dan ikrar belaka, karena kita tidak pernah bersikap islami dan kita harus malu kepada orang-orang kafir yang menjadi jauh lebih islami dari pada kita sendiri.
Sebagai pemuda yang santri kita harus senantiasa membaca, berfikir,dan bergerak berupaya menjaga kemurnian agama Allah dengan menjadi benteng kekuatan ummat islam yang kuat dan kokoh, namun untuk menjadi benteng yang kokoh kita harus memantapkan aqidah dan jiwa kita agar kita bisa memahami agama kita dengan sempurna.
Santriwan santriwati yang berbahagia
Akhir kata mari kita hijrah dari aqidah kulturar menuju aqidah yang haq dan dari sikap kafiri menju sikap islami. Selamat tahun baru hijriyah 1432.

Wassalamualaikun Wr.Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar